Jumat, 17 Agustus 2018

Jadi Dewan Juri, Ini Pesan Pengamat Seni Kepada Penyelenggara Lomba

Foto: Amber Kabelen
 Menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-73, Kecamatan Klubagolit mengadakan aneka lomba. Lomba ini diikuti oleh desa-desa sekecamatan. Setiap desa mengikutsertakan sanggar kesenian masing-masing. Tampak masyarakat desa antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Kompetisi antardesa ini untuk pertama kalinya melibatkan juri sekaligus pengamat seni dari tingkat Kabupaten, Silvester Petara Hurint atau biasa disapa Sil Hurint. Selaku pengamat, Sil memiliki pesan dan kesan tersendiri. Pesan kesan ini disampaikannya pada penghujung kegiatan, Minggu (12/8/18). Berikut gagasannya sebagaimana direkam oleh Amber Kabelen.
Pertama, pesan untuk panitia pelaksana (Panlak) kegiatan. Sil menyampaikan agar konsep kegiatan mesti disusun matang sejak awal. "Ke depannya, sebelum menggelar lagi kegiatan serupa agar dibicarakan dulu konsepnya. Kita bikin juknis, designnya bersama supaya ada acuan bersama," demikian harap Sil.
Sil lebih lanjut membuat pemisalan. "Untuk tahap pertama ini, kita letakkan dasarnya seperti ini dulu. Tahun depannya, kita buat supaya ada yang tumbuh, ada perkembangannya. Kita butuh sentuhan kreativitas. Sehingga orang tidak sekedar datang, tampil lalu pulang." demikian ungkapnya.
Ia lantas meminta supaya peristiwa budaya ini menjadi sebuah peristiwa Kelubagolit yang dirayakan bersama. Menurutnya, pemerintah Kecamatan mesti menjalin kerja sama yang intens dengan Pemerintah Desa, seniman, budayawan, penggiat, dan komunitas agar peristiwa ini menjadi lebih berarti.
"Ruang-ruang publik kita ciptakan. Nilai-nilai kita semai. Makna-makna kita dorong dan menjadikannya lebih berharga", urainya.
Sil kemudian menunjukkan bagaimana dampak seni terhadap pelaku seni itu sendiri. "Orang-orang yang terbiasa menyanyi dan menari akan memiliki cekaman, daya tarik, dan kharisma tersendiri. Itu turut memberi pengaruh dalam hidup. Bagaimana ia memimpin, kepekaan sosialnya, dan bagaimana ia mempengaruhi orang untuk memberi diri," terang Sil.
Kedua, pesannya kepada pemerintah desa. Untuk pemerintah desa, Sil Hurint tak lupa memberi kesannya. Menurutnya, kegiatan lomba tahun ini menarik karena didominasi oleh orang muda. Tetapi yang ia amati, partisipasi pemerintah desa tampaknya berkurang. Padahal menurutnya, partisipasi ini penting sekali.
"Desa mesti yang merangkum orang-orang muda, komunitas, penggiat. Secara bersama-sama, pemerintah desa mesti membuatnya menjadi peristiwa rutin di desa. Sehingga dari waktu ke waktu, kita semakin beragam. Kita semakin kaya," demikian dorongnya.
 Ketiga, Sil Hurint memberi pesan kepada masyarakat umum. Ia menekankan pentingnya peristiwa budaya ini dalam kehidupan masyarakat.
"Ruang semacam ini adalah ruang pendidikan, ruang sekolah masyarakat. Orang bersama-sama belajar gerakan, tradisi, dan budaya sehingga rasa Kelubagolit, irama Kelubagolit, mata Kelubagolit, suara Kelubagolit menjadi terlekat pada tubuh."
"Dengan demikian, manakala kita menyebut diri sebagai orang Kelubagolit, yang ada di belakang kita adalah sejarah dan kebudayaan. Pada ajang seperti ini, lewo-lewo bersatu melakukan tarian, nyanyian. Ini adalah kekuatan kita, orang Lamaholot. Lewo saling mengunjungi membawa pesan damai. Ruang ini menciptakan kebersamaan, rasa satu kita. Ke-Adonara-an dibentuk oleh peristiwa semacam ini."

Kegiatan lomba seni budaya kecamatan Klubagolit ini akhirnya mendaulat sanggar desa Adobala sebagai juara satu. Sementara Sanggar "Nara Baran" dari desa Horinara menempati posisi kedua. (Teks: Amber Kabelen. Edit: Simpet).
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar