Foto: Amber Kabelen |
Menyambut
HUT Kemerdekaan RI ke-73, Kecamatan Klubagolit mengadakan aneka lomba. Lomba
ini diikuti oleh desa-desa sekecamatan. Setiap desa mengikutsertakan sanggar
kesenian masing-masing. Tampak masyarakat desa antusias mengikuti kegiatan
tersebut.
Kompetisi
antardesa ini untuk pertama kalinya melibatkan juri sekaligus pengamat seni
dari tingkat Kabupaten, Silvester Petara Hurint atau biasa disapa Sil Hurint.
Selaku pengamat, Sil memiliki pesan dan kesan tersendiri. Pesan kesan ini
disampaikannya pada penghujung kegiatan, Minggu (12/8/18). Berikut gagasannya
sebagaimana direkam oleh Amber Kabelen.
Pertama,
pesan untuk panitia pelaksana (Panlak) kegiatan. Sil menyampaikan agar konsep
kegiatan mesti disusun matang sejak awal. "Ke depannya, sebelum menggelar
lagi kegiatan serupa agar dibicarakan dulu konsepnya. Kita bikin juknis,
designnya bersama supaya ada acuan bersama," demikian harap Sil.
Sil
lebih lanjut membuat pemisalan. "Untuk tahap pertama ini, kita letakkan
dasarnya seperti ini dulu. Tahun depannya, kita buat supaya ada yang tumbuh,
ada perkembangannya. Kita butuh sentuhan kreativitas. Sehingga orang tidak
sekedar datang, tampil lalu pulang." demikian ungkapnya.
Ia
lantas meminta supaya peristiwa budaya ini menjadi sebuah peristiwa Kelubagolit
yang dirayakan bersama. Menurutnya, pemerintah Kecamatan mesti menjalin kerja
sama yang intens dengan Pemerintah Desa, seniman, budayawan, penggiat, dan
komunitas agar peristiwa ini menjadi lebih berarti.
"Ruang-ruang
publik kita ciptakan. Nilai-nilai kita semai. Makna-makna kita dorong dan
menjadikannya lebih berharga", urainya.
Sil
kemudian menunjukkan bagaimana dampak seni terhadap pelaku seni itu sendiri.
"Orang-orang yang terbiasa menyanyi dan menari akan memiliki cekaman, daya
tarik, dan kharisma tersendiri. Itu turut memberi pengaruh dalam hidup.
Bagaimana ia memimpin, kepekaan sosialnya, dan bagaimana ia mempengaruhi orang
untuk memberi diri," terang Sil.
Kedua,
pesannya kepada pemerintah desa. Untuk pemerintah desa, Sil Hurint tak lupa
memberi kesannya. Menurutnya, kegiatan lomba tahun ini menarik karena
didominasi oleh orang muda. Tetapi yang ia amati, partisipasi pemerintah desa
tampaknya berkurang. Padahal menurutnya, partisipasi ini penting sekali.
"Desa
mesti yang merangkum orang-orang muda, komunitas, penggiat. Secara
bersama-sama, pemerintah desa mesti membuatnya menjadi peristiwa rutin di desa.
Sehingga dari waktu ke waktu, kita semakin beragam. Kita semakin kaya,"
demikian dorongnya.
Ketiga,
Sil Hurint memberi pesan kepada masyarakat umum. Ia menekankan pentingnya
peristiwa budaya ini dalam kehidupan masyarakat.
"Ruang
semacam ini adalah ruang pendidikan, ruang sekolah masyarakat. Orang
bersama-sama belajar gerakan, tradisi, dan budaya sehingga rasa Kelubagolit,
irama Kelubagolit, mata Kelubagolit, suara Kelubagolit menjadi terlekat pada
tubuh."
"Dengan
demikian, manakala kita menyebut diri sebagai orang Kelubagolit, yang ada di
belakang kita adalah sejarah dan kebudayaan. Pada ajang seperti ini, lewo-lewo
bersatu melakukan tarian, nyanyian. Ini adalah kekuatan kita, orang Lamaholot.
Lewo saling mengunjungi membawa pesan damai. Ruang ini menciptakan kebersamaan,
rasa satu kita. Ke-Adonara-an dibentuk oleh peristiwa semacam ini."
Kegiatan
lomba seni budaya kecamatan Klubagolit ini akhirnya mendaulat sanggar desa
Adobala sebagai juara satu. Sementara Sanggar "Nara Baran" dari desa
Horinara menempati posisi kedua. (Teks: Amber Kabelen. Edit: Simpet).